Profil Lautan Cinta Catatan Perjalanan Galeri Artikel Dokter ABG Buku Tamu |
||||||||||
Lautan Cinta Catatan
Perjalanan Galeri Artikel
|
HANA
"Kak....mau beli pisang ?" seorang gadis kecil kira-kira berumur 9 tahun menawarkan satu sisir pisang padaku, aku mengamatinya, malam pukul 19:42, wajah polos dan beningnya terlihat kotor dan nampak kelelahan, tetapi matanya masih terlihat penuh harap, menawarkan barang dagangannya dari satu pengunjung ke pengunjung yang lain. Sejak tadi, perhatianku telah tersita oleh kehadirannya, karena beberapa pengunjung kerap menolaknya ketika dia mendekati meja mereka untuk menawarkan dagangannya. Salah satu pelayan di restoran cepat saji, yang kebetulan kusinggahi sebagai tempat pengganjal perutku, yang mulai meronta lewat sore tadi, berusaha menghardiknya, ketika dia semakin dekat ke mejaku, naluriku cepat 'beranjak' mencegahnya. "biarkan..!, dia akan makan di mejaku", pelayan itu pun membatalkan 'aksinya'. Aku langsung menyodorkan kursi untuknya, "duduk de...!" tawarku, Ia nampak ragu sambil memperhatikanku cukup lama, "duduk aja nanti ade makan sama-sama dengan kaka yaa...? aku membujuknya....., tapi dia masih terlihat ragu, dengan perlahan dia duduk di kursi yang kusodorkan. "ade sudah makan ?" dia menggelengkan kepalanya "tunggu yaa...kaka pesankan dulu" aku cepat beranjak memesan makanan untuknya. tak lama aku datang dengan nampan berisi makanan dan kuletakkan dihadapannya. aku pun cepat duduk di kursiku kembali, tapi dia masih diam, "makan de....." tawarku kembali, dia masih terlihat ragu, namun dengan perlahan dia menjawil-jawil paha ayam di hadapannya dan mulai menyuapnya dengan perlahan pula. "Ade masih sekolah ?" aku mulai mencoba membuka percakapan untuk mencairkan suasana. "masih...", dengan volume suara yang kecil dan malu-malu dia menjawabku, "kelas berapa ?" tanyaku lagi "kelas 4", kali ini volume suaranya agak meninggi sedikit, "oh iyaa...nama ade siapa ?", "Hana" dia mulai menjawab pertanyaanku dengan jelas. namanya sangat bagus pikirku. dan yang lebih menggembirakan lagi dia sudah berani menjawab, tandanya suasana mulai mencair. "Hana nggak pulang ? udah malam begini ?". "belum....pisangnya belum abis, lagian nenek belum datang", "nenek ??" tanyaku keheranan, "Hana pulangnya dijemput nenek", ia melanjutkan, aku terdiam, sungguh-sungguh memperhatikannya menjawab pertanyaanku, tanpa menunggu pertanyaanku selanjutnya, dia meneruskan "nenek pernah jualan di pasar dekat tempat ini, tapi ada orang yang rebut tempat nenek jualan, jadi nenek sekarang nggak jualan lagi, makanya Hana yang jualan. Takjub aku karena tanpa diminta ia mulai berani bercerita lebih banyak. "Mama dan Papa Hana nggak larang Hana jualan ?", "Mama sudah meninggal dan Papa Hana pelaut, Papa nggak pernah pulang. Nenek bilang, Papa sudah kawin lagi. aku 'terpesona' menyimak ceritanya karena tanpa kusangka dia begitu terbuka akan keadaannya. "jadi Hana tinggal berdua dengan Nenek ?", Hana mengangguk "tapi yang tinggal di rumah Nenek banyak, ada cucu-cucu yang lain, ada paman, ada bibi, Hana meneruskan ceritanya lancar, "Paman dan Bibi memangnya nggak bantu Hana dan Nenek sampai Hana harus jualan begini ?", "Paman dan Bibi juga susah jadi nggak bisa bantu Nenek, anak-anaknya juga ada yang jualan kayak Hana". NEXT
|